BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
merupakan jenis perusahaan manufaktur, yaitu perusahaan yang
memproses bahan mentah hingga berubah menjadi barang yang sudah siap untuk
dipasarkan. Semua proses yang terjadi di industri ini umumnya melibatkan
berbagai peralatan modern. PT.Indofood Sukses
Makmur Tbk merupakan bentuk perusahaan PT (perseroan terbatas),
yaitu suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri
dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang
dimilikinya.
- 1968 - PT Lima Satu Sankyu
(selanjutnya berganti nama menjadi PT Supermi Indonesia) didirikan,
pertama kali memproduksi Supermi sebagai mi instan pertama di Indonesia.
- 1970 - PT Sanmaru Foods
Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru) didirikan sebagai salah satu anak
perusahaan Jangkar Jati Group.
- 1972 - PT Sanmaru mulai
memproduksi Indomie.
- 1982 - PT Sarimi Asli Jaya
didirikan dan mulai memproduksi Sarimi.
- 1984 - PT Sarimi Asli Jaya
diakuisisi oleh PT Sanmaru dan bersama dengan Salim Group membentuk
perusahaan dengan nama PT Indofood Interna Corporation.
- 1986 - PT Supermi Indonesia
diakuisisi oleh PT Indofood Interna Corporation melalui anak perusahaannya
PT Lambang Insan Makmur.
- 1987 - PT Sanmaru meluncurkan
mi instan dalam bentuk cup bermerek Pop Mie.
- 1989 - PT Sanmaru mengakuisi PT
Sari Pangan Nusantara, yang memproduksi makanan bayi bermerek SUN.
- 1990 - PT Sanmaru membentuk
perusahaan patungan dengan PepsiCo, Inc yang memiliki merek FritoLay yang
pada tahun 1994 bernama PT Indofood Fritolay Makmur dan mulai memproduksi
makanan ringan seperti Chitato, Chiki, Cheetos dan Jetz yang kemudian pada
tahun 2000an disusul dengan Lay's dan Qtela.
- 1990 - Indofood didirikan oleh Sudono Salim dengan
nama PT Panganjaya Intikusuma.
- 1992 - PT Sanmaru melalui anak
perusahaan Jangkar Jati Group diambil alih seluruh sahamnya oleh Salim Group.
- 1993 - PT Panganjaya Intikusuma
dan PT Sanmaru membentuk perseroan dengan nama PT Indomie Sukses Makmur
Tbk.
- 1994 - PT Panganjaya Intikusuma
berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
- 1995 - Mengakuisisi pabrik
penggilingan gandum Bogasari.
- 1997 - Mengakuisisi 80% saham
perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis serta
distribusi.
- 2005 - PT Indosentra Pelangi
sebagai produsen bumbu, kecap dan sambal bermerek Indofood membentuk
perusahaan patungan dengan Nestlé bernama PT Nestlé Indofood Citarasa
Indonesia, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
- 2006 - Mengakuisisi 55% saham
perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd.
- 2007 - Mencatatkan saham Grup
Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru.
- 2008 - Mengakuisisi 100% saham
Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68,57% saham di PT
Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka.
- 2009 - Memulai proses
restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT. Indofood CBP
Sukses Makmur dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang
diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk
Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke
dalam ICBP.
- 2010 - Menyelesaikan
restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan kepemilikan saham
anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan kurang dari 100% ke
ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan pencatatan
saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd sebesar 10% menjadi pemilik
100%.
- 2011 - Pada bulan Januari 2011,
PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra
Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur dan PT Ciptakemas Abadi digabung
sepenuhnya dengan status perusahaan terbuka (Tbk.) menjadi PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk. PT Salim Ivomas Pratama (SIMP), anak perusahaan
langsung dan tidak langsung Perseroan, melakukan IPO diikuti dengan
pencatatan saham di BEI pada 9 Juni 2011.
- 2012 - Sudono Salim,
pendiri ICBP meninggal dunia di Singapura pada tanggal 10 Juni 2012. Tidak
lama sesudah meninggalnya, salah satu produk mi instan dari Indofood,Indomie,
menyelenggarakan program ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan
Agustus 2012 di Jakarta.
- 2013 - Menyelesaikan akuisisi
PT Pepsi-Cola Indobeverages, perusahaan yang memproduksi minuman ringan
bermerek Pepsi, 7 Up dan
sebagainya. Akuisisi ini dilakukan oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage
dan PT Asahi Indofood Beverage Makmur, yang masing-masing adalah 51% dan
49% dimiliki oleh ICBP.
- 2014 - Indofood masuk ke bisnis
minuman bernama Indofood Asahi dan mulai mengimpor dua merek minuman dari
Malaysia, yaitu Ichi Ocha dan Caféla Latte dan mengakuisisi merek air
mineral Club dari PT Tirta Bahagia.
Mie instan telah menjadi makanan yang sangat digemari di Indonesia.
Studi MARS Indonesia yang dilansir pada tahun 2016 tentang Profil Konsumsi
Produk Makanan mengungkapkan bahwa sebanyak 92,4 masyarakat di Indonesia dari
survei yang dilakukan di 7 kota besar di Indonesia merupakan konsumen mie
instan. Mie Instan dapat disebut makanan instan favorit di Indonesia karena
harganya murah, membuatnya mudah dan praktis, awet, atau rasanya pun enak.
Hasilnya, mie instan pun menjadi makanan pengganti nasi yang sangat digemari
baik di rumah tangga, anak kos, bahkan di kalangan pekerja kantor. Hal ini dapat dilihat dari :
-
Salah satukota
dengan tingkat konsumsi mie instan terbesar, yaitu Kota Semarang sebesar 97%.
-
Posisinya
diikuti oleh Makassar (95,2%) dan Bandung (94,2%).
-
Jika
dilihat dari usia konsumen, tingkat konsumsi mie instan terbesar adalah
kalangan remaja berusia 15-24 tahun, yaitu sebesar 95,6%.
-
Di rentang
usia 25-34 tahun sebesar 93,9% dan usia 35-55 tahun sebanyak 90,5%.
1.2
Visi Misi
a.
Visi
“Menjadi Perusahaan Total Food
Solutions”
b.
Misi
a)
Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan kami, proses produksi kami, dan teknologi
kami.
b)
Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga
terjangkau, yang merupakan pilihan pelanggan.
c)
Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun
internasional.
d)
Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang nutrisi.
e)
Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan.
1.3
Strategi Manajemen Pada Elemen Marketing Mix (4p)
Menurut Kotler (2000) mendefinisikan bahwa “bauran pemasaran adalah
kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran
pemasarannya dalam pasar sasaran“. Sedangkan Jerome Mc-Carthy dalam Fandy Tjiptono (2004) merumuskan
bauran pemasaran menjadi 4 P (Product, Price, Promotion dan Place).
Sehingga disimpulkan bahwa Marketing Mix adalah strategi pemasaran yang di laksanakan secara terpadu
atau strategi pemasaran yang di lakukan secara bersamaan dalam menerapkan
elemen strategi yang ada dalam marketing Mix itu sendiri. Marketing Mix
terdapat beberapa elemen marketing dikenal dengan unsur 4P (Produk, Price, Place, Promotion).
a)
Product
Brand
name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki
massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan,
yaitu kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng.
Indomie juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram.
Indomie
memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu
berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan
semakin bertambahnya variasi produk Indomie
dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah
Indonesia.
Produk
|
|
Noodles
|
Indomie, Supermie,
Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun, Mie Telur Cap 3 Ayam
|
Dairy (Susu)
|
Indomilk, Cap Enak,
Tiga Sapi, Kremer, Milkuat, Orchid Butter, Indoeskrim
|
Snack Foods
|
Chitato, Chiki,
Qtela, Jetz, Cheetos, Lays, Trenz, Dueto, Wonderland Biskuit
|
Food Seasonings (Bumbu-bumbu Makanan)
|
Indofood Bumbu
Racik, Indofood Freiss, Sambal Indofood, Kecap Indofood, Kecap Piring Lombok,
Maggi, Bumbu Spesial Indofood
|
Nutrition
and Special Food
|
Promina,
Sun, Govit, Provita
|
Beverages
(Minuman)
|
Ichi
Ocha, Cafèla Latte, Club, Tekita, Fruitamin, Pepsi, Mirinda, 7Up, Tropicana
Twister
|
b)
Price
Indomie
selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau
paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan
terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie
dihargai hanya sekitar Rp. 1500 – Rp. 3.500
c)
Places
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di
Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok
(gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu
menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran.
Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak,
termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing
area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di
Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan
warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie
instan/mie goreng sebagai menu utama)
d)
Promotion
• Tagline : Indomie Seleraku
• Iklan : Billboard, iklan TV, sponsor
acara
Indomie
menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut
berjudul
Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
• Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan
tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
***
BAB II
Analisis
2.1 Analisis Lingkungan
2.1.1 Lingkungan Internal (Mikro)
Konsumen indomie tidak hanya ada di indonesia saja tetapi berada
di australia. Indomie merupakan makanan
kegemaran di asutralia, hal ini bisa dilihat dari toko-toko yang selalu
kehabisan stok karena permintaan akan indomie di australia cukup banyak. Hal ini
juga di dukung oleh kebiasaan masyarakat australia yang membutuhkan makanan
cepat saji karena kapadatan jam kerja dan banyaknya netizen. Di Australia,
tahun 2009 indomie dijual dengan harga 25 sen per bungkusnya atau AUD 10 untuk
satu kardus berisi 40 bungkus indomie, sedangkan di Amerika Serikat pada tahun
2009, indomie biasa dijual dengan harga 1 dolar per 3 bungkusnya.
2.
Pesaing
Salah satu kompetitior indomie adalah mie sedap, mie sedap masuk
ke pasar dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga yang
ditawarkan indomie. Sehingga konsumen yang terpengaruh harga akan lebih memilih
mie sedap.
Pesaing indomie di australia adalah makanan pasta. Tetapi tetap saja indomie
dapat lebih unggul karena indomie memiliki ke khasan rasa dan harga yang lebih
murah harga 1 dolar per 3 bungkus, dan penyajiannya juga mudah serta cepat.
Metode promosi yang digunakan adalah terutama melalui iklan di
media elektronik dan cetak, mensponsori berbagai acara, serta instalasi iklan
billboard secara luas. Indomie sangat dikenal dengan taglinenya, "Indomie
Seleraku".Pada tahun 2008 Indomie melakukan inovasi dalam promosinya
dengan mengadakan event Indomie Jingle Dare, sebuah ajang kompetisi bagi
pelajar tingkatan SMA untuk membuat jingle bagi iklan Indomie.
3.
Pemasok
Grup Indofood merupakan perusahaan “Total Food Solutions”, dengan
kegiatan usaha yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai
dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di pasar. Sebagai perusahaan terkemuka dalam industri makanan olahan
di Indonesia, kegiatan operasional. Grup Indofood didukung oleh sistem
distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya sangat dikenal di seluruh
nusantara. Produk-produk Grup Indofood antara lain mi instan, dairy, bumbu
penyedap makanan, makanan ringan, makanan bayi, tepung terigu, pasta, biskuit,
minyak goreng, margarin dan shortening. Merek-merek produk Grup Indofood
merupakan merek terkemuka di pasar domestik, dikenal konsumen sebagai produk
berkualitas dengan harga terjangkau dan tersedia di berbagai pelosok Indonesia.
4.
Chanel of distribution
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah
penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan dijual ke konsumen.
Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang akan dipilih dan
disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan
digunakan. Jika perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam,
perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap pasarnya. Penelitian
tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen dan jika mungkin
menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada beberapa
alternatif yang mungkin dipilih penjual dalam mendistribusikan produknya kepada
konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
Dan berdasarkan survey yang dilakukan oleh Qasa Consulting,
kekuatan distribusi Indomie terbukti, dalam The Most Powerfull Distribution
Performance tahun 2007, yang mencapai 95%. Karena pendistribusian indonmie
sangat baik, maka Indomie mudah di dapatkan oleh kosumen dimanapun.
5.
Sumber daya manusia
Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa
karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan unsur
penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa setiap karyawan
memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi bagi
keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood akan
terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan baik di
semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan
juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka
untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di
pasar yang semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam
setahun, sementara Program Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam
divisi-divisi lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak
Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi.
2.1.2 Lingkungan
Eksternal (Makro)
11. Ekonomi
Menurut catatan Bursa Efek Jakarta tahun 1994, PT. Indofood
berhasil menguasai 90% pasar mie instant di Indonesia. Sedangkan untuk di
Australia, Indofood dengan kategori mie instant berhasil menguasai hingga 70%.
Oleh karena itu, harga Indomie di Australia sendiri senilai 69 sen atau kurang
lebih Rp. 5700,-. Selain Indomie, Indofood memproduksi sejumlah merek mi instan
lainnya, seperti Sarimi dan Supermi. Namun, Indomie menjadi penyumbang terbesar
bagi pendapatan dari divisi mi instan Indofood. Pada 2009 lalu, total nilai
penjualan mi instan meningkat 7,2 persen menjadi Rp11,68 triliun dari Rp10,90
triliun di 2008. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya volume penjualan dan
kenaikan harga pada 2008 dan 2009. Peningkatan penjualan dan turunnya biaya
produksi menaikkan marjin laba usaha divisi ini menjadi 11,8 persen pada tahun
2009 dari 4,1 persen pada 2008. Sudah bertahun-tahun PT. Indofood bertahan di
pasar Australia bahkan begitu digemari oleh warga Australia. Daur hidup
produknyapun, tetap berada di puncaknya bahkan mengalahkan mie instant dari
negaranya sendiri maupun negara luar lainnya. Tetapi dengan harga Indomie yang
begitu tinggi dibandingkan di Indonesia, perusahaan tetap saja harus
membayarkan pajak usaha dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hingga kini,
permintaan Australia terhadap produk PT. Indofood tetap meningkat dari tahun ke
tahun. Itu yang membuat perusahaan ini bertahan di pasar Australia hingga
sekarang
22. Sosial dan Budaya
Faktor social dan budaya, menitikberatkan kepada tata nilai dan
sikap dari masyarakat. PT. Indofood melihat dan menyesuaikan terlebih dahulu
produknya sebelum akhirnya mampu menguasai pasar baik di dalam negeri maupun
diluar seperti Australia. Tata nilai dan sikap masyarakat mempengaruhi :
- Gaya hidup masyarakat cenderung
menyukai sesuatu yang instan seperti halnya pangsa pasar Indofood di luar
negeri seperti Australia, mayoritas masyarakatnya mayoritas orang-orang yang
sibuk sehingga hal ini menjadi peluang bagi Indofood untuk memasuki pasar yang
akan mempengaruhi pada permintaan produk terhadap perusahaan.
33. Teknologi
PT. Indofood harus memahami pengaruh perubahan faktor teknologi
terhadap kegiatan operasional perusahaan serta pemahaman tentang kemampuan
perusahaannya dalam menciptakan produk. Perkembangan teknologi ini, selain
dengan menunjang tercapainya tujuan perusahaan dapat juga menjadi ancaman bagi
merosotnya produktifitas perusahaan. Perusahaan Indofood yang dibentuk di
Australia, pastinya memiliki mesin-mesin canggih untuk memenuhi permintaan
masyarakat Australia terhadap Indomie. Teknologi lain seperti internet dan
social-network lain juga ditempuh PT. Indofood untuk memasarkan produknya.
44. Demografi
Pemasaran
Indomie dari perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur ini menargetkan kepada
konsumen dengan rentang usia diatas 3 tahun. Karena akan kurang pantas jika
dikonsumsi oleh batita (bayi dibawah tiga tahun) mereka masih membutuhkan
asupan gizi yang lebih baik, makanan-makanan bermanfaat bagi pertumbuhan
mereka. Tetapi apabila untuk dikonsumsi sekali-kali tidak apa-apa. Dari sisi
jenis kelamin, dapat dikonsumsi oleh pria maupun wanita. Dari sisi penghasilan,
harga mie instant Indomie sendiri masih cukup terjangkau di Australia bila
dibandingkan dengan rata-rata penghasilan warga mereka per tahun.
- Geografi
Australia saling berbagi lautan dengan tetangga-tetangganya yang
terdekat, yakni Indonesia dan Papua Nugini. Australia terletak di sebelah
tenggara Indonesia. Pada titik batasnya yang terdekat, Australia dan Indonesia
hanya terpisah beberapa kilometer saja. Pada gambar diatas, terlihat Ibu kota negara dan ibukota propinsi di
Indonesia; Ibukota nasional dan ibukota negara bagian di Australia. Dengan
letak geografis negara Australia dengan negara Indonesia yang lebih dari
sekedar dekat, memudahkan pengiriman (proses eksport-import) produk mie instant
dari Indofood menuju ke Australia. Dari segi biaya penyimpanan gudang, biaya
transport, bahkan waktu pengirimanpun akan lebih cepat dibanding pengiriman
produk ke negara lainnya. Ini pulalah yang membuat permintaan pasar konsumen di
Australia semakin meningkat.
- Politik
dan Hukum
Pengaruh politik dan hukum terhadap industri sapi potong dapat
dinilai dari berbagai peraturan maupun kesepakatan berbagai pihak yang terkait,
misalnya kesepakatan WTO dan AFTA yang berskala internasional, atau Peraturan
Daerah (Perda) yang lingkupnya lebih sempit. Hukum dagang PT. Indofood, yang
pada awalnya didirikan dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma berdasarkan akta
pendirian no.228 yang kemudian diubah dengan akta no. 249, dan akta no.171
tanggal 15 november 1994. Tujuan utama didirikannya PT. Indofood adalah
memproduksi makanan olahan (khususnya mie instant), pengolahan gandum menjadi
tepung terigu, industri makanan terpadu, distribusi, perkebunan, dan pengolahan
kelapa sawit.
2.2 Internal Posisi
Keuangan
Di tengah iklim perekonomian yang penuh tantangan, Indofood
berhasil meraih kinerja yang positif, dengan mencatatkan pertumbuhan penjualan
dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar, sementara posisi keuangan
Perseroan terjaga dengan sehat. Arahan strategis Perseroan untuk meraih
pertumbuhan melalui inovasi telah dilaksanakan dengan baik, melalui keberhasilannya
dalam peluncuran kategori-kategori produk yang baru, serta banyaknya peluncuran
berbagai produk baru.
IN BILLION OF RUPIAH
UNLESS OTHERWISE STATED |
2014
|
2013
|
2012
|
2011
|
2010
|
Dalam miliar Rupiah,
kecuali dinyatakan lain |
Net Sales
|
30.022,5
|
25.094,7
|
21.716,9
|
20.085,9
|
18.617,3
|
Penjualan Neto
|
Gross Profit
|
8.059,9
|
6.425,7
|
5.803,8
|
5.112,3
|
5.064,8
|
Laba Bruto
|
Income from Operations (EBIT)
|
3.128,7
|
2.771,9
|
2.849,2
|
2.603,7
|
2.558,7
|
Laba Usaha (EBIT)
|
EBITDA
|
3.748,1
|
3.278,9
|
3.272,7
|
2.999,0
|
3.011,0
|
EBITDA
|
Income for the Year
|
2.531,7
|
2.235,0
|
2.282,4
|
2.066,4
|
1.827,9
|
Laba Tahun Berjalan
|
Income for the Year Attributable to Equity
Holders of the Parent Entity
|
2.604,2
|
2.225,3
|
2.179,6
|
1.975,3
|
1.704,0
|
Laba Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk
|
Comprehensive Income for the Year
|
2.522,3
|
2.286,6
|
2.287,2
|
2.064,0
|
1.836,9
|
Laba Komprehensif Tahun
Berjalan
|
Comprehensive Income for the Year Attributable
to Equity Holders of the Parent Entity
|
2.598,8
|
2.260,9
|
2.183,2
|
1.973,7
|
1.710,2
|
Laba Komprehensif Tahun Berjalan Yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas Induk
|
Shares Outstanding (million)
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
5.831,0
|
Jumlah Saham Yang Ditempatkan dan Disetor Penuh (juta)
|
Basic Earnings Per Share Attributable to
Equity Holders of the Parent Entity (Rp)
|
447
|
382
|
374
|
339
|
344
|
Laba Per Saham Dasar Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk (Rp)
|
Current Assets
|
13.603,5
|
11.321,7
|
9.922,7
|
8.689,1
|
7.117,4
|
Aset Lancar
|
Current Liabilities
|
6.231,0
|
4.696,6
|
3.648,1
|
3.128,0
|
2.827,3
|
Liabilitas Jangka Pendek
|
Net Working Capital
|
7.372,5
|
6.625,1
|
6.274,6
|
5.561,1
|
4.290,1
|
Modal Kerja Bersih
|
Total Assets
|
24.910,2
|
21.267,5
|
17.819,9
|
15.354,9
|
13.484,3
|
Total Aset
|
Capital Expenditures
|
1.500,3
|
2.000,9
|
1.629,7
|
529,5
|
361,2
|
engeluaran Barang Modal
|
Total Equity
|
15.039,9
|
13.265,7
|
11.984,4
|
10.700,8
|
9.358,2
|
Total Ekuitas
|
Non-Controlling Interests
|
962,2
|
678,9
|
572,2
|
492,9
|
442,6
|
epentingan Nonpengendali
|
Total Liabilities
|
9.870,3
|
8.001,7
|
5.835,5
|
4.654,1
|
4.126,1
|
Total Liabilitas
|
Funded Debt
|
3.405,9
|
2.520,0
|
1.263,0
|
780,4
|
526,3
|
ang Dikenakan Bunga
|
Gross Profit Margin
|
26,8%
|
25,6%
|
26,7%
|
25,5%
|
27,2%
|
Marjin Laba Bruto
|
EBIT Margin
|
10,4%
|
11,0%
|
13,1%
|
13,0%
|
13,7%
|
Marjin Laba Usaha (EBIT)
|
Net Income Margin Attributable to Equity
Holders of the Parent Entity
|
8,7%
|
8,9%
|
10,0%
|
9,8%
|
9,2%
|
Marjin Laba Bersih Yang Dapat
Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk |
Return on Assets (%) - Net Income
|
11,0
|
11,4
|
13,8
|
14,3
|
15,3
|
Imbal Hasil atas Aset (%) - Laba Bersih
|
Return on Assets (%) - EBIT
|
13,6
|
14,2
|
17,2
|
18,1
|
21,5
|
Imbal Hasil atas Aset (%) - Laba Usaha
|
Return on Equity (%)
|
17,9
|
17,7
|
20,1
|
20,6
|
33,3
|
Imbal Hasil atas Ekuitas (%)
|
Current Ratio (x)
|
2,18
|
2,41
|
2,72
|
2,78
|
2,52
|
Rasio Lancar (x)
|
Liabilities to Assets Ratio (x)
|
0,40
|
0,38
|
0,33
|
0,30
|
0,31
|
Rasio Liabilitas Terhadap Aset (x)
|
Liabilities to Equity Ratio (x)
|
0,66
|
0,60
|
0,49
|
0,43
|
0,44
|
Rasio Liabilitas Terhadap Ekuitas (x)
|
Gearing Ratio - Gross (x)
|
0,23
|
0,19
|
0,11
|
0,07
|
0,06
|
Gearing Ratio - Gross (x)
|
Gearing Ratio - Net (x)
|
(0,26)
|
(0,23)
|
(0,35)
|
(0,34)
|
(0,31)
|
Gearing Ratio - Net (x)
|
Net Sales (Penjualan Netto)
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil mencapai hamper seluruh target di tahun 2014 dimana meraih
pertumbuhan penjualan neto sebesar double-digit menjadi sekitar Rp30,02
triliun dikontribusikan oleh pertumbuhan penjualan dari berbagai kegiatan
usahanya yang sudah ada maupun yang baru. Tanpa memperhitungkan kegiatan usaha
baru, penjualan neto tumbuh 13,0%, dan kegiatan usaha baru di bidang minuman
memberikan kontribusi sekitar 6,4% terhadap penjualan neto konsolidasi.
Income
From Operations/Ebit (Trillion Rupiah)
Laba Usaha (Triliun Rupiah)
Pada Laba usaha tumbuh 12,9% menjadi Rp3,13 triliun di tahun 2014, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk gembira atas kemajuan yang dicapai baik oleh kegiatan usaha yang
sudah ada maupun baru dimana berhasil mempercepat pertumbuhan penjualan dan
meraih kemajuan berarti dalam menyeimbangkan portofolio usaha. Di sepanjang
tahun 2014, kami terus menjalankan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kami meningkatkan portofolio produk premium di kategori mi instan, makanan
ringan, serta penyedap makanan guna memenuhi kebutuhan segmen berpenghasilan
menengah yang terus berkembang.
Total Aset (Triliun Rupiah)
Total aset pada tanggal 31 Desember 2014 mencapai Rp24,91 triliun,
naik 17,1% dari Rp21,27 triliun pada tanggal 31 Desember 2013. Total aset yang
terdiri dari total asset lancar dan total aset tidak lancar masingmasing
meningkat menjadi Rp13,60 triliun dan Rp11,31 triliun di tahun 2014, dari
Rp11,32 triliun dan Rp9,95 triliun di tahun 2013. Kenaikan total aset lancar
terutama disebabkan oleh meningkatnyakas dan setara kas, dan kenaikan piutang
usaha seiring naiknya penjualan neto.
Total Ekuitas (Triliun Rupiah)
Pada tanggal 31 Desember 2014, total ekuitas mencapai Rp15,04
triliun, naik dibandingkan Rp13,27 triliun pada tanggal 31 Desember 2013
terutama karena laba bersih yang dihasilkan di sepanjang tahun 2014 dikurangi
dengan pembayaran dividen untuk tahun buku 2013.
2.3 Posisi dalam Market Share (Life Cycle) dan BCG
2.3.1 Posisi dalam Market Share (Life Cycle)
Pada
umumnya siklus hidup produk atau product life cycle memiliki 4 tahapan yaitu:
Perkenalan (Introduction), Perkembangan (Growth), kedewasaan (Maturity),
penurunan (Decline).
Indomie adalah merek produk mi instan dari Indonesia. Di Indonesia,
Indomie diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Selain dipasarkan
di Indonesia, Indomie juga dipasarkan secara cukup luas di manca negara, antara
lain di Amerika Serikat, Australia, berbagai negara Asia dan Afrika serta
negara-negara Eropa; hal ini menjadikan Indomie sebagai salah satu produk
Indonesia yang mampu menembus pasar internasional. Di Indonesia sendiri,
sebutan “Indomie” sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mi
instan.
Berikut
ini adalah penjelasan singkat mengenai ke empat tahapan siklus hidup produk
yang di gunakan produsen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dalam memasarkan
produknya berdasarkan fase atau tahap siklusnya.
i.
Perkenalan (Introduction)
Mie Instan pertama kali diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1969. Indomie sendiri di produksi dan dipasarkan ke
konsumen sejak tahun 1972. PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk, pertama kali memperkenalkan Indomie Mie Noodlez, Indomie Laksa,
dll. Tahap perkenalan adalah tahapan pertama dalam siklus hidup produk dimana
produsen memperkenalkan produk barunya kepada pasar atau masyarakat umum. Tahap
ini ditandai dengan pertumbuhan yang lambat. Pertumbuhan yang lambat karena di
sebabkan oleh:
a
Kelambatan dalam
perluasan kapasitas produksi
b
Masalah teknis
c
Konsumen baru mengenal
produk
d
Perusahaan mulai
beradaptasi
e
Kelambatan dalam
penyediaan produk tersebut untuk konsumen, terutama di bidang distribusi.
ii.
Perkembangan (Growth)
Tahap perkembangan (Growth) adalah
tahap di mana produk yang di perkenalkan tersebut dikenal dan mulai diterima
oleh konsumen. Dalam periode pertumbuhan ini ditunjukkan dengan penjualan yang
mulai meningkat. Pada tahun
1982 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk meluncurkan varian rasa baru, yaitu rasa Kari
Ayam. Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di keluarkan. Tahun berikutnya
perusahaan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dibeli oleh PT. Sarimi Asli
Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop Mie, mie instan dalam wadah cup,
diluncurkan untuk pertama kalinya dengan rasa ayam dan baso.
iii.
Tahap Kedewasaan (Maturity)
Pada tahun 1982 Indomie meluncurkan varian rasa
baru, yaitu rasa Kari Ayam. Diikuti pada tahun 1983 varian Mie Goreng di
keluarkan. Tahun berikutnya perusahaan PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd
dibeli oleh PT. Sarimi Asli Jaya (produsen Sarimi). Tiga tahun kemudian Pop
Mie, mie instan dalam wadah cup , diluncurkan untuk pertama kalinya dengan rasa
ayam dan baso. Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature,
sudah stabil, memiliki brand
equity yang sangat kuat sehingga
dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
Peningkatan omset penjualan yang mulai melambat,
bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa pasar dengan para
pesaing–pesaingnya. Ditinjau lebih jauh tahap pendewasaan ini dapat di bagi
menjadi 3 tahap, yaitu:
a.
Tahap pendewasaan yang
meningkat adalah penjualan total meningkat dengan lambat yang di sebabkan
karena sebagian permintaan berasal dari langganan (pembeli lama), sedangkan
pembeli baru yang masuk hanya sedikit.
b.
Tahap kedewasaan yang
stabil adalah volume penjualan tidak meningkat lagi tetapi konstan.ini di
sebabkan karena seluruh permintaanya berasal dari pembeli lama atau pelanggan,
jadi sudah tidak ada lagi pembeli baru yang masuk.
c.
Tahap kedewasaan
menurun adalah penjualan yang menurun dikarenakan beberapa langganan mulai
meninggalkan produk perusahaan dan membeli produk lain. Ini di tandai pada tahun 2003, mulai muncul pesaing produk Indomie
yang berasal dari PT. Wings Food, yaitu Mie Sedap. Mie Sedap juga tak kalah
populer dengan Indomie meskipun masih produk baru.
Sampai sekarang Indomie terus mencoba
mengembangkan varian mie instan tersebut.
Diantaranya Mie Kriuk, Selera Nusantara, Indomie
Jumbo, Mie Kriting, Taste if Asia dan
Kuliner Indonesia. Tidak hanya varian, Indomie
pun mencoba untuk meng-upgrade kemasannya
iv.
Tahap Penurunan (Decline)
Pada tahap penurunan, penjualan dan keuntungan akan
semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi yang tepat, produk yang di
tawarkan mungkin akan hilang dari pasar (Market), Hal ini dipengaruhi oleh ancaman factor
internal dan eksternal yang dapat terjadi.Tahap terakhir yang dialami oleh suatu produk dalam siklus kehidupannya
adalah tahap kemunduran panjang atau lamanya tahap kemunduran ini di tentukan
oleh beberapa factor, yaitu:
a.
Perubahan selera
konsumen
b.
Perubahan kegiatan
pesaing
c.
Kebijaksanaan
meninggalkan produk oleh perusahaan.
Pada 7 Oktober 2010 Pihak berwenang Taiwan
mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan
pengawet yang terlarang, yaitu natrium benzoat dan metil p-hidroksibenzoat. Dua
unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik. Sehingga dilakukan
penarikan semua produk mi instan “Indomie” dari pasaran Taiwan. Selain di
Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa. Hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat permintaan Indomie dari mancanegara. Namun hal ini tidak
berlangsung lama dan Indomie kembali mendapatkan hati masayarakat.
2.3.2 BCG (Boston
Consulting Group
Pada
tahun 1968, menciptakan (BCG) Boston
Consulting Group “Growth
Share Matrix” sebuah grafik
sederhana untuk membantu perusahaan besar dalam menentukan bagaimana
mengalokasikan kas antara unit-unit bisnis mereka. Korporasi akan mengkategorikan
unit usaha sebagai “Bintang”, “Kas Sapi”, ”Pertanyaan Marks”, dan “Anjing” (awalnya “Piaraan”) kemudian mengalokasikan kas yang
sesuai, memindahkan uang dari ”sapi perah” menuju “bintang” dan “tanda tanya”
yang memiliki tingkat pertumbuhan pasar yang lebih tinggi potensial. Bagan itu
popular selama dua dekade dan “digunakan sebagai primer dalam prinsip-prinsip
pengelolaan portofolio”, sebagai kata BCG.
1)
Question
Divisi dalam kuadran I memiliki posisi pangsa pasar
relatif yang rendah, tetapi mereka bersaing dalam industri yang bertumbuh
pesat. Biasanya kebutuhan kas perusahaan ini tinggi dan pendapatan kasnya
rendah. Bisnis ini disebut tanda tanya karena organisasi harus memutuskan
apakah akan memperkuat divisi ini dengan menjalankan strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) atau
menjualnya.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang relative rendah dan di Indonesia untuk
produk mie instan yaitu indomi tidak bersaing dalam industry yang
pertumbuhannya pesat dilihat bahwa indomi yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk merupakan market reader mie instan di Indonesia karena memiliki
brand yang kuat di benak konsumen dan merupakan perusahaan mie instan pertama
di Indonesia.
2)
Star
Bisnis di kuadran II (disebut juga Bintang) mewakili
peluang jangka panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas bagi
organisasi. Divisi dengan pangsa pasar relatif yang tinggi dan tingkat
pertumbuhan industri yang tinggi seharusnya menerima investasi yang besar untuk
mempertahankan dan memperkuat posisi dominan mereka. Kategori ini adalah
pemimpin pasar namun bukan berarti akan memberikan arus kas positif bagi
perusahaan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk memenangkan pasar dan
mengantisipasi para pesaingnya. Integrasi ke depan, ke belakang, dan
horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan joint
venture merupakan strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan divisi ini.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Perusahaan memiliki hubungan jangka panjang
dilihat dari peluang yang baik dalam hal pertumbuhan dan laba dimana mempunyai
pangsa pasar yang tinggi dimana produk yang dikeluarkan PT. Indofood Sukses
Makmur di gemari oleh semua kalangan, sehingga bagi perusahaan memerlukan
investasi.
3)
Cash Cow
Divisi yang berposisi di kuadran III memiliki pangsa
pasar relatif yang tinggi tetapi bersaing dalam industri yang pertumbuhannya
lambat. Disebut sapi perah karena menghasilkan kas lebih dari yang
dibutuhkanya, mereka seringkali diperah untuk membiayai untuk membiayai sektor
usaha yang lain. Banyak sapi perah saat ini adalah bintang di masa lalu, divisi
sapi perah harus dikelola unuk mempertahankan posisi kuatnya selama mungkin.
Pengembangan produk atau diversifikasi konsentrik dapat menjadi strategi yang
menarik untuk sapi perah yang kuat. Tetapi, ketika divisi sapi perah menjadi
lemah, retrenchment atau divestasi lebih sesuai untuk diterapkan.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada
kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur, memiliki pangsa pasar yang relative
tinggi tetapi bersaing dalam pertumbuhan pasar industri yang lambat sehingga PT.
Indofood Sukses Makmur menghasilkan pendapatan yang dapat diperas seperti susu
sapi hal ini dilihat dari PT. Indofood Sukses Makmur yang memiliki anak
perusahaan dan memproduksi berbagai macam produk makanan.
4)
Dog
Divisi kuadran IV dari organisasi memiliki pangsa
pasar relatif yang rendah dan bersaing dalam industri yang pertumbuhannya
rendah atau tidak tumbuh. Mereka adalah anjing dalam portofolio perusahaan.
Karena posisi internal dan eksternalnya lemah, bisnis ini seringkali
dilikuidasi, divestasi atau dipangkas dengan retrenchment. Ketika sebuah divisi
menjadi anjing, retrenchment dapat menjadi strategi yang terbaik.
Analisis
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, : Pada Kuardan ini PT. Indofood Sukses Makmur,
Tbk tidak menunjukkan pangsa pasar yang realtif rendah namun dilihat saat ini PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk bersaing pada industri yang relative pertumbuhannya
rendah yaitu Mie Sedap yang dikeluarkan oleh PT. Wingsfood. . Indofood Sukses
Makmur, Tbk.
2.4 Kompetitor
Mie instan telah menjadi makanan yang paling
digemari khususnya di Indonesia. Pangsa pasarnya sangatlah besar, mengingat
makanan ini digemari semua kalangan. PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk, pertama kali memperkenalkan Indomie sebagai brand dari mie
instan. Hingga saat ini Indomie dari Indofood
Sukses Makmur begitu sangat dikenal oleh masyarakat dan sudah umum dijadikan istilah generik yang merujuk kepada mie instan. Seiring waktu, sebenarnya ada beberapa merek
mie instan yang mencoba meramaikan pasar, tapi tidak berhasil. Satu per satu
merek mie instan para pesaing itu pun tenggelam. Pada tahun 2003, setelah
sekitar 30 tahun Indomie berjaya, merek Mi Sedaap muncul turut meramaikan pasar
mie instan Tanah Air. Dan merek baru Mi Sedaap inilah yang dinilai mampu
mengikis sedikit demi sedikit market share Indomie sebagai market leader mie
instan di Indonesia. Dua merek yang bersaing sengit dalam kategori produk mie
instan ini adalah Indomie dan Mi Sedaap.
Mi Sedaap cukup fenomenal dengan rasa kari
spesial yang kental dan katanya “nendang rasanya”. Merek mie instan besutan
Wings Food ini pertama kali hadir dengan hanya tiga varian rasa, yaitu mie
goreng dengan “kriuk-kriuk”, rasa soto dengan koya, dan rasa ayam bawang dengan
bawang goreng. Sebagai pendatang baru, Mi Sedaap hadir dengan strategi promosi
agresif untuk segera mendongkrak awareness merek produk. Mi Sedaap pastinya menyadari sejak
awal bahwa merebut market share Indofood yang image produknya sudah sangat baik
bukanlah perkara mudah. Sebab itu Wings membutuhkan waktu lebih dari dua tahun
untuk melakukan riset hingga menemukan formula rasa yang pas. Kemudian bisa
dimunculkan produk mie instan dengan penambahan bumbu bawang goreng kriuk pada
varian mie gorengnya. Meski terkesan sepele, ternyata Mi Sedaap varian rasa
tersebut cukup disukai konsumen.
Banyak orang yang mengaku sudah familier
dengan rasa dan tekstur Indomie. Tapi, banyak juga orang yang mengatakan ingin
menjajal rasa dan kualitas dari merek lain. Tentu bila menyangkut kategori
produk mie instan yang harganya terbilang murah dan relatif mudah ditemukan,
keputusan orang untuk memilih pun akan berlangsung secara cepat dan instan.
Dalam hal ini, merek yang pertama kali terlintas di benak pelangganlah yang
akan terpilih.
Jika dilihat dari Top Brand Index
(TBI) 2014, kedua merek ini terpaut cukup jauh, yaitu Indomie meraih indeks
75,9% dan Mie Sedaap 14,4%. Dilihat dari lima tahun ke belakang pun, Indomie
terlihat masih memimpin pasar mie instan di Indonesia dari tahun 2010 sampai
2014 ini. Indeks yang diraih Indomie pun terbilang cukup dominan sekitar 70%.
Dari semua merek pesaing, Mi
Sedaap yang paling mungkin menggoyang posisi market leader Indomie di pasar.
Terbukti memang Mi Sedaap-lah yang diam-diam sedikit menggerogoti pangsa pasar
Indomie. Ini benar terutama pada awal Mi Sedaap muncul di pasaran dan konsumen
banyak yang tertarik untuk menjajal mie instan baru ini. Tetapi, dari data Top
Brand Index mulai tahun 2010 sampai sekarang, terlihat posisi Indomie memang
sulit disaingi.
2.5 Analisis Swot
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen
perusahaan atau di dalam organisasi yang secara sistematis dapat membantu dalam
usaha penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik itu
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan panjang.
a) Strenght
(Kekuatan)
Berikut ini adalah kekuatan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu
sebagai berikut:
1.
Keahlian
dalam cita rasa Indonesia (rasa yang enak dan lezat)
2.
Produksi
rendah biaya
3.
Jangkauan
distribusi luas
4.
Memiliki
satu group yang menangani pendistribusian produk-produknya
(PT. Group Distribusi Indofood),
5.
Kecepatan
dalam menjangkau konsumen
6.
Memiliki
banyak anak perusahaan,
7.
Brand
yang sudah terkenal lama oleh masyarakat Indonesia terutama produk Mie
8.
Memliki Sumber Daya Manusia yang besar sehingga
mampu produksi yang besar
Pula
9.
Terus
melakukan inovasi untuk menghasilkan cita rasa mie yang sesuai dengan
Konsumen.
10. Telah merambah pasar Luar Negeri
b) Weakness (Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu
sebagai berikut:
1.
Terlalu
banyak Brand yang dikeluarkan
2.
Terlalu
banyak inovasi rasa yang dibuat oleh Indofood
3.
Permintaan
pasar yang belum terpenuhi
4.
Produk
memakai MSG (Monosodium Glutamate)
5.
Besarnya
biaya pemasaran yang digunakan
6.
Ketersediaan
bahan baku yang belum mencukupi khususnya produksi di Luar Negeri
c) Opportunities (Peluang)
Berikut ini
adalah peluang dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1.
Pertumbuhan
pasar yang terus meningkat, baik di kalangan bawah, menengah, maupun atas
2.
Segementasi
pasar yang tidak terlalu signifikan karena produk yang dihasilkan terus
menyesuaikan untuk dikonsumsi pria atau wanita, baik tua maupun muda
3.
Memanfaatkan
e-bussines dalam membantu mengembangkan pangsa pasar dan memperkenalkan prosuk
melalui internet, karena pengguna internet sama dengan masyarakat konsumen
4.
Melakukan
ekspansi ke luar negeri
5.
Melakukan
join dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis
6.
Melakukan
diversifikasi terhadap produk lain
7.
Pasar
domestik maupun luar negeri masih terbuka lebar
8.
Naiknya
harga makanan pokok
9.
Pola
hidup masyarakat akan mie instant yang cukup tinggi
d) Threats (Ancaman)
Berikut ini
adalah ancaman dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk, yaitu sebagai berikut:
1.
Ketatnya
persaingan yang dilakukan pesaing dalam hal iklan maupun inovasi
2.
Tidak
fokus terhadap satu jenis produk
3.
Terus
dihadapi dengan pesaing-pesaing baru dengan jenis produk yang sama
4.
Adanya
kompetitor sejenis yang cukup banyak
5.
Kemungkinan
adanya anti MSG dan zat bahaya lainnya
***
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
1.
PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi Mie
Instan yang brand produknya dikenal dengan indomie dan membuatnya menjadi
market leader makanan instan.
2.
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature,
sudah stabil, memiliki brand
equity yang sangat kuat sehingga
dapat bertahan sebagai Top of
Mind merek mie instan.
3.
Dari analisis BCG, PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk berada pada posisi Kuardan III (Cash Cow) dimana
memiliki pangsa pasar yang tinggi dan peluang pertumbuhan laba dalam jangka
panjang, memiliki investor-investor yang berinvestasi pada perusahaan dan juga
memiliki anak perusahaan karena mengeluarkan berbagai macam produk.
4.
Analisis
SWOT pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ini
digunakan dengan melihat instrument utama yaitu kekuatan dan
kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik PT.
Indofood Sukses Makmur, Tbk untuk pencapaian dan
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan.
***
3.2 Saran
1.
PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk khususnya
produk indomie, harus dapat mempertahankan ciri khas produknya.
2.
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen
mengingat keinginan konsumen yang berubah-ubah sehingga dapat mengetahui dengan
jelas kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Itu dilakukan agar kegiatan
produksi sesuai dengan target yang diinginkan.
3.
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dapat melakukan pemanfaatan dan
pengalokasian modal dengan tepat yang digunakan untuk pengembangan teknologi
seoptimal mungkin.
4.
PT Indofood Sukses makmur, Tbk dapat lebih bijak dalam pemilihan bahan
baku dan bahan pembantu agar tetap menjaga kualitas produk, sehingga tidak
banyak mengandung bahan kimia yang dapat merugikan para penikmat produk
Indofood.
***
Daftar Pustaka
Annual
Report .2014. Indofood. “Customer Branded Products” . http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
David, F. R.
2006. Manajemen Strategis, Konsep. Edisi 10 (terjemahan). Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Iswono Andi.
2010. “Pemilihan Strategi”. http://www.slideshare.net/andiazka/man-strat-bisnis-2.
Ilmu manajemen
Industri. “Pengertian dan contoh Analisis
SWOT”. 13 Agustus 2015 http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-contoh-analisis-swot/ http://www.indofood.com/business/consumer-branded-products
Kotler dan Armstrong, (terjemahan Alexander Sindoro),
2000, Dasar-dasar Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta.
Susiladhy,2011, Analisa Matrik BCG pada strategi
pemasaran item, Jakarta
Tjiptono Fandy. 2004, Pemasaran Jasa, Bayu Media Malang.